Selasa, 09 Oktober 2012

Pengalaman Pribadi dengan Uraian Teori Skinner


Sewaktu masih SD, saya dimasukkan dalam les sekolah. Dalam les sekolah itu, saya diajarkan supaya bisa bersaing dengan anak lainnya. Guru les saya akan memberikan hadiah bila ada diantara kami yang berhasil mendapatkan juara 10 besar di dalam kelas. Hal itu tentu saja membuat saya dan para murid lain yang masih berusia belia sangat semangat untuk mendapatkan hadiah itu. Akan tetapi, selain hadiah itu, ada juga hukuman yang bakal didapat bagi para murid jika mereka mendapatkan nilai dibawah rata-rata. Hal tersebut tentu saja membuat kami para murid merasa takut akan hukuman yang diberikan  oleh guru les kami.

Hukuman lain yang tersedia dari guru les adalah ketika hapalan teori yang dipelajari dalam kurun waktu tertentu belum mencapai maksimal, maka kita akan diminta untuk berdiri satu kaki sambil belajar atau mendapatkan pukulan rotan atau teriakan. Selain itu, saya sendiri mendapatkan motivasi dari orang tua untuk mendapatkan juara 3 besar karena pada saat itu jika saya mendapatkannya, maka saya akan dapat berlibur ke RRC.

Semua hal yang berupaya hadiah itu membuat kita semua murid menjadi semangat dalam menjalaninya, akan tetapi pasti ada hal juga yang membuat kita menjadi takut atau berusaha menghindari hal itu supaya terjadi.

PEMBAHASAN :

Teori Skinner menggunakan 3 komponen belajar : stimulus diskriminatif – respon – stimulus penguat.

Berdasarkan teori Skinner yang menggunakan penguatan, penguatan terbagi atas 2 :

1.      Penguatan positif
        Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
          Dalam kasus ini, ketika saya mendapatkan juara 10 besar, maka saya akan mendapatkan reward. Hal itu terjadi terus menerus ketika saya dan teman-teman lain saya berhasil mencapai target. Stimulus diskriminatif itu adalah pesan dalam pemberian hadiah jika kami bisa mendapatkan juara 10 besar, dan respon yang kami keluarkan adalah belajar supaya kami bisa mendapatkan reward tersebut, sedangkan stimulus penguatnya adalah reward itu sendiri.
         Selain itu, saya juga mendapatkan stimulus lebih dari orang tua saya, yang membuat saya mengeluarkan respon yaitu belajar lebih giat dari biasanya supaya bisa mendapatkan reward tersebut.

2.      Penguatan negatif
Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
         Dalam kasus ini, kami para murid berusaha untuk menghindari nilai di bawah standard dan menghindari supaya terkena hukuman lain dari guru les kami, hal kami lakukan ini adalah escape behaviour.

Adapun murid-murid yang terkena hukuman karena penguatan negatif yang diberikan kurang efektif. Akan tetapi pemberian hukuman atau punishment terkadang tidak sesuai karena hanya bersifat sementara.

0 komentar:

Posting Komentar